Minggu, 27 November 2011

Arti yang amat ga Penting MAPALA

Mapala = Mahasiswa pecinta alam? Mahasiswa penikmat alam? Mahasiswa penggiat alam?

Dalam berkegiatan, mapala memiliki tiga visi yaitu petualangan, pengabdian pada masyarakat dan konservasi lingkungan. Visi konservasi lingkungan dan pengabdian pada masyarakat inilah yang dituntut untuk lebih ditonjolkan sehingga manfaat kegiatan kepencintaalaman bermanfaat positif bagi masyarakat dan kelestarian lingkungan. Dengan demikian maka mapala benar-benar menempatkan dirinya sebagai agen yang rela memperhatikan alam dan mengorbankan kepentingan pribadinya. Dalam prakteknya tentu manusia tidak bisa menafikkan bahwa dirinya harus mengambil manfaat dari alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi hal itupun seharusnya dilakukan tanpa mengeksploitasi alam habis-habisan.
Terlepas dari berbagai konotasi negatif yang timbul, pecinta alam mempunyai satu peran penting dalam membina generasi muda untuk peduli terhadap alam seperti kegiatan penghijauan atau aksi bersih kali. Aktualisasi peran mapala dalam merespons isu-isu lingkungan tersebut sekaligus menepis tudingan bahwa mapala hanya berkutat dengan kegiatan petualangan. Namun, dalam tataran politik, pecinta alam cenderung apolitis dalam tataran gerakan lingkungan. Secara keseluruhan pecinta alam belum memperlihatkan sebuah sinergi gerakan yang dinamis, sepertinya belum ada satu pemikiran taktis gerakan pecinta alam dalam mengkritisi kebijakan pemerintah yang tidak ramah lingkungan. Lebih jauh lagi, masih sedikit aksi-aksi advokasi dari para mahasiswa pecinta alam untuk masalah lingkungan. Dalam hal ini, kebanyakan mapala masih terkesan apatis untuk melakukan advokasi misalnya bagi korban pencemaran lingkungan ataupun penolakan untuk rencana pembangunan yang tidak memperhatikan lingkungan. Padahal bukanlah sesuatu yang tidak mungkin untuk membangun sebuah sinergi gerakan dari para pecinta alam baik itu mahasiswa pecinta alam, siswa pecinta alam ataupun kelompok – kelompok pecinta alam lainnya untuk masa depan lingkungan hidup, karena masalah lingkungan adalah permasalahan bersama. Harapan yang ingin dicapai tentunya adalah timbul korelasi yang positif antara banyaknya pecinta alam dengan kelestarian alam ini, bukan sebaliknya.
Konferensi tingkat tinggi diselenggarakan di berbagai negara, kebijakan sudah dicanangkan, hukum dan undang-undang telah dibuat, namun masalah lingkungan terus saja berlangsung dengan skala yang makin meningkat hingga sekarang. Kini, apa yang dapat Anda dan kita bersama lakukan untuk mengatasinya?
ini semua bohonggggggg

mapala gak ada gunanya

gak ada mapala alam juga sudah terjaga mendingan lo bubar aja dari pada lo yampah dikampus ga penting keberadaan lo.. anjing lo mapala kampus tukang mabok

Antara Mapala Fakultas Dan Mapala Universitas

Di negeri kita Indonesia ini, mungkin hampir di seluruh perguruan tingginya memiliki sebuah organisasi yang berorientasi kepada alam dan sekitarnya. Organisasi yang disebut Mapala ini biasa berdiri di setiap universitas dan sekolah tinggi di Indonesia, baik itu swasta maupun negeri. Di setiap universitas pasti mempunyai beberapa fakultas, jadi tidak salah pula kalau menyebutkan bahwa di setiap fakultas di Indonesia mempunyai organisasi yang di kenal mempunyai tahapan berat untuk menjadi anggotanya ini.
Organisasi yang dipopulerkan oleh Universitas Indonesia pada pertengahan tahun 60an ini memang bertujuan untuk mengumpulkan dan mengikat mahasiswa-mahasiswa yang paling tidak mempunyai hobi camping atau sekedar menikmati alam. Mereka para mahasiswa juga bebas memilih antara menjadi anggota mapala intern fakultas saja atau menjadi anggota mapala universitas ditempatnya berkuliah. Nah Disinilah letak perbedaannya antara mapala fakultas dan universitas. Organisasi Mapala fakultas hanya bisa menerima calon anggota mahasiswa yang berkuliah di fakultas dimana organisasi itu berdiri saja, sedangkan mapala universitas bisa menerima calon anggota mahasiswa di seluruh fakultas-fakultas di universitas mereka itu berdiri. Namun dimata umum mahasiswa sipil tetap saja kedua unsur diatas sama sekali tidak ada perbedaan. Mereka mahasiswa sipil lagi menilai kalau semua anak mapala itu…… ( isi saja titik-titiknya di komen ).
Di dunia permapalaan di Banjarmasin sendiri, konflik kedua kubu diatas sangat di pelihara oleh para anggotanya pada masa sekarang, entah bagaimana itu bisa terjadi. padahal pada kenyataannya jelas sekali disebutkan bahwa seluruh pencinta alam di Indonesia ini mempunyai kode etik yang sama, salam Lestarimunafik yang sama, dan hari-hari besar yang sama. Perbedaan yang menjadi rahasia umumnya sendiri bisa dilihat dari penyelenggaraan TWKM ( Temu Wicara Kenal Medan ) yang beberapa bulan yang lalu diselenggarakan di bumi Lambung Mangkurat ini. Betapa tidak, dijelaskan bahwa yang berhak mengikuti TWKM adalah seluruh Mahasiswa pencinta alam Indonesia, tetapi faktanya yang kemarin terjadi berbeda, peserta yang boleh mengikuti TWKM hanya anggota mapala yang bernaung dibawah organisasi mapala universitas. Sedangkan untuk peserta dengan embel-embel mapala fakultas dibolehkan mengikuti tetapi harus bersedia menghilangkan embel-embel tersebut. Hei.. Mapala fakultas kan juga mapala Indonesia. Memang pada saat Temu Wicara dilangsungkan konflik ini pernah dibahas juga, namun hasil keputusan menetapkan bahwa yang berhak mengikuti TWKM hanya anggota mapala berembelkan mapala universitas saja, bahkan katanya orang pertama yang tidak menyetujui mapala fakultas untuk mengikuti TWKM adalah seorang anggota mapala yang berembelkan mapala universitas negeri di Banjarmasin. Oke lupakanlah TWKM, disini bukan bertujuan untuk mengemis supaya bisa mengikuti event tahunan tersebut. Tetapi bukan hanya itu saja konflik kedua kubu terjadi, di salah satu universitas swasta di Banjarmasin pernah ada hampir adu pukul antara mapala universitas dan fakultasnya karena hanya saling berebutan calon anggota. Mungkin untuk lebih jelasnya tidak perlu penulis ceritakan disini.
Penulis nilai semua itu terjadi mungkin hanya karena kesalahpahaman masa lalu saja, tetapi tidak sempat diselesaikan hingga sampai sekarang, sehingga menjadi segelintir konflik-konflik yang hanya bisa ditulis sedikit seperti yang diatas. Tetapi mudah-mudahan semua mapala Indonesia bisa bersatu bersama-sama meneriakkan Salam Lestari yang munafik ciri khas mereka. Mungkin hanya itu yang dapat ditulis, tulisan selanjutnya menyusul dan silahkan tinggalkan komen anda. Terima Kasih.
Salam Rimba… HIDUP IMPAS-B!!!
Peserta Lat-Das ke-8 No. Urut 3